Ethical Hacking
Apa itu ethical hacking ?Apa konsep kunci dari ethical hacking ?Apa bedanya ethical hacking dengan hacker Perusak ?Keterampilan dan sertifikasi apa yang harus diperoleh oleh seorang ethical hacking ?Masalah apa yang diidentifikasi oleh peretasan?Apa saja batasan dari ethical hacking?
Apa itu Ethical Hacking?
Ethical hacking, atau yang sering disebut juga dengan white-hat hacking, adalah praktik mengidentifikasi dan menguji kelemahan dalam ke dalam sistem atau jaringan komputer yang dimiliki oleh orang lain atau tanpa merusak atau melakukan perubahan terhadap system tersebut dengan izin pemilik dan tujuan yang sah.
Orang yang melakukan kegiatan hacking disebut juga Hacker sedangkan aktivitas sebaliknya yakni dengan tujuan perusak adalah Cracker.berikut adalah tabel perbedaan dari keduanya:
Tujuan dari praktik Ethical Hacking:
- Meningkatkan keamanan sistem, aplikasi, dan jaringan: Ethical hacking membantu menemukan dan memperbaiki kelemahan yang dapat dieksploitasi oleh peretas jahat.
- Melindungi data sensitif dan informasi pribadi: Ethical hacking membantu memastikan bahwa data sensitif disimpan dengan aman dan terlindungi dari akses yang tidak sah.
- Mematuhi peraturan dan standar keamanan: Ethical hacking dapat membantu organisasi mematuhi peraturan dan standar keamanan yang relevan.
Jenis-jenis Hacker
Hacker adalah individu yang memiliki keahlian dalam teknologi informasi dan menggunakannya untuk berbagai tujuan, baik positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa jenis hacker berdasarkan tujuan dan aktivitas mereka:
1. White Hat Hacker:
Dikenal sebagai "ethical hacker".
Memiliki keahlian hacking yang digunakan untuk tujuan positif, seperti:
Menemukan dan melaporkan celah keamanan pada sistem dan perangkat lunak.
Melakukan tes penetrasi untuk membantu organisasi meningkatkan keamanannya.
Mengembangkan alat dan solusi keamanan.
2. Black Hat Hacker:
Dikenal sebagai "cracker".
Memiliki keahlian hacking yang digunakan untuk tujuan jahat, seperti:
Meretas sistem dan perangkat lunak untuk mencuri data atau melakukan penipuan.
Menyebarkan malware dan virus.
Melakukan serangan denial-of-service (DoS).
3. Grey Hat Hacker:
Terletak di antara White Hat dan Black Hat Hacker.
Memiliki keahlian hacking yang digunakan untuk tujuan yang tidak selalu jelas, seperti:
Menemukan celah keamanan dan melaporkannya kepada organisasi dengan imbalan hadiah.
Melakukan hacking untuk bersenang-senang atau untuk menunjukkan keahlian mereka.
4. Script Kiddies:
Hacker pemula yang menggunakan script dan tools yang tersedia secara online untuk melakukan hacking.
Mereka biasanya tidak memiliki keahlian coding yang mendalam dan sering kali melakukan hacking tanpa memahami konsekuensinya.
5. Hacktivist:
Hacker yang menggunakan keahlian hacking mereka untuk mempromosikan agenda politik atau sosial.
Mereka sering kali melakukan hacking untuk membocorkan informasi atau untuk mengganggu situs web dan layanan online.
6. State-Sponsored Hackers:
Hacker yang bekerja untuk pemerintah atau organisasi intelijen.
Mereka sering kali melakukan hacking untuk mencuri informasi rahasia atau untuk melakukan spionase.
7. Insider Threat:
Individu yang memiliki akses sah ke sistem dan jaringan organisasi yang menggunakan akses tersebut untuk melakukan hacking.Mereka sering kali memiliki motif pribadi, seperti balas dendam atau keuntungan finansial.
Etika dan kerangka kerja atau batasan dalam ethical hacking membantu mengatur tindakan dan perilaku seorang ethical hacker agar sesuai dengan standar yang diakui secara luas. Berikut adalah beberapa prinsip etika dan kerangka kerja yang umum dalam ethical hacking:
1. Izin dan Kewenangan: Seorang ethical hacker harus memiliki izin tertulis dan kewenangan dari pemilik sistem atau organisasi yang akan diperiksa. Mereka harus bertindak sesuai dengan batasan dan ruang lingkup yang telah ditentukan, serta tidak melebihi wewenang yang diberikan.
Pentingnya transparansi, izin, dan integritas dalam praktik Ethical Hacking:
- Transparansi: Membangun kepercayaan antara ethical hacker dan pemilik sistem.
- Izin: Menghormati privasi dan keamanan pemilik sistem.
- Integritas: Mencegah penyalahgunaan informasi yang ditemukan.
2. Kerahasiaan dan Privasi: Seorang ethical hacker harus menjaga kerahasiaan dan privasi data yang ditemukan atau diakses selama proses penelitian keamanan. Mereka tidak boleh mengungkapkan atau menggunakan data tersebut tanpa izin tertulis dari pemiliknya.
3. Transparansi dan Keterbukaan: Seorang ethical hacker harus berkomunikasi secara terbuka dengan pemilik sistem atau organisasi yang akan diperiksa. Mereka harus menjelaskan tujuan, metode, dan temuan yang ditemukan selama penelitian keamanan dengan jelas dan mudah dipahami.
4. Tanggung Jawab Profesional: Seorang ethical hacker harus bertindak dengan integritas dan menjunjung tinggi tanggung jawab profesional. Mereka harus menggunakan keterampilan dan pengetahuan hacking mereka hanya untuk tujuan yang sah dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
5. Menghindari Kerusakan dan Gangguan: Seorang ethical hacker harus berusaha untuk tidak menyebabkan kerusakan atau gangguan pada sistem yang sedang diperiksa. Tujuan mereka adalah mengidentifikasi kerentanan dan memberikan rekomendasi perbaikan, bukan menyebabkan kerusakan atau kegagalan sistem.
6. Menghormati Hukum dan Kebijakan: Seorang ethical hacker harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku serta kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi yang mereka periksa. Mereka tidak boleh melanggar hak cipta, melanggar privasi, atau melakukan tindakan ilegal lainnya dalam proses ethical hacking.
7. Pendidikan dan Pembelajaran Berkelanjutan: Seorang ethical hacker harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Mereka harus mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang keamanan informasi dan menjaga keahlian mereka tetap relevan.
Dasar-dasar keamanan sistem informasi yang penting:
1. Kebijakan Keamanan: Kebijakan keamanan sistem informasi adalah dokumen yang menetapkan aturan, prosedur, dan praktik terkait keamanan yang harus diikuti oleh semua pengguna sistem. Kebijakan ini mencakup aspek-aspek seperti penggunaan kata sandi yang kuat, kebijakan penggunaan perangkat yang aman, dan kebijakan penanganan data sensitif.
2. Otorisasi dan Otentikasi: Otorisasi melibatkan pengaturan tingkat akses dan izin untuk pengguna sistem. Setiap pengguna diberikan akses yang sesuai dengan tanggung jawab dan tugas mereka. Otentikasi melibatkan verifikasi identitas pengguna, seperti penggunaan kata sandi, sertifikat digital, atau metode otentikasi dua faktor untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang dapat mengakses sistem.
3. Manajemen Keamanan Jaringan: Ini meliputi langkah-langkah untuk melindungi jaringan komputer, seperti penggunaan firewall, pengaturan akses jaringan yang terbatas, pemantauan lalu lintas jaringan, dan deteksi serangan yang berpotensi.
4. Perlindungan Perimeter: Perlindungan perimeter melibatkan pengaturan firewall, penggunaan deteksi intrusi, dan sistem pencegahan serangan yang bertujuan melindungi batas jaringan dari serangan yang berasal dari luar.
5. Keamanan Aplikasi: Keamanan aplikasi adalah langkah-langkah untuk melindungi aplikasi perangkat lunak dari serangan dan kerentanan yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang. Ini meliputi penggunaan teknik pengkodean yang aman, pembaruan dan patching yang teratur, serta pengujian keamanan aplikasi secara menyeluruh.
6. Pemantauan dan Pengawasan: Pemantauan dan pengawasan sistem digunakan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau serangan yang sedang berlangsung. Ini meliputi penerapan sistem pemantauan log, penggunaan perangkat lunak deteksi ancaman, dan analisis aktivitas jaringan yang mencurigakan.
7. Pemulihan Bencana: Pemulihan bencana melibatkan langkah-langkah untuk memastikan adanya cadangan data yang teratur, prosedur pemulihan yang ditentukan, dan rencana darurat untuk mengatasi situasi darurat atau kegagalan sistem yang signifikan.
8. Kesadaran Keamanan: Kesadaran keamanan adalah pendekatan untuk melibatkan pengguna sistem dalam melindungi informasi dan menjaga keamanan. Ini melibatkan pelatihan pengguna tentang ancaman keamanan, praktik penggunaan kata sandi yang kuat, dan kebijakan keamanan yang harus diikuti.
9. Keamanan Fisik: Keamanan fisik melibatkan langkah-langkah untuk melindungi akses fisik ke peralatan dan fasilitas sistem. Ini meliputi penggunaan pengamanan fisik seperti kunci, kartu akses, pemantauan CCTV, dan pengamanan area server.
10. Pengujian Keamanan: Pengujian keamanan dilakukan untuk mengidentifikasi kerentanan dan kelemahan dalam sistem. Ini melibatkan pengujian penetrasi, pengujian rentang, pengujian kerentanan, dan pengujian keamanan lainnya untuk memastikan bahwa sistem memiliki tingkat keamanan yang optimal.
Menerapkan dasar-dasar keamanan sistem informasi ini membantu melindungi data dan informasi yang penting, menjaga integritas sistem, dan mencegah akses yang tidak sah atau serangan yang merugikan.
- Pengetahuan tentang jaringan dan sistem operasi.
- Keterampilan pemrograman.
- Pemahaman tentang kerentanan dan eksploitasi.
- Kemampuan untuk menggunakan alat-alat hacking.
- Identifikasi Sistem dan Jaringan: Ethical hacker mencari tahu sistem operasi yang digunakan oleh target, arsitektur jaringannya, serta teknologi yang digunakan dalam infrastruktur IT target.
- Pencarian Informasi Publik: Melalui pencarian online dan analisis, ethical hacker mencoba untuk mengumpulkan informasi publik tentang target, seperti alamat email, nama karyawan, dan alamat IP yang terkait dengan perusahaan atau organisasi yang dituju.
- Identifikasi Aplikasi dan Layanan: Ethical hacker juga mencari tahu aplikasi dan layanan apa saja yang berjalan pada sistem target. Hal ini penting untuk memahami kerentanan yang mungkin ada dalam aplikasi tersebut.
- - Pencarian di Mesin Pencari: Ethical hacker menggunakan mesin pencari untuk mencari informasi yang terkait dengan target, seperti alamat situs web, struktur organisasi, atau berita terbaru yang terkait dengan target.
- - Analisis Domain dan Sub-Domain: Dengan menganalisis domain dan sub-domain yang terkait dengan target, ethical hacker dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang infrastruktur IT target.
Tujuan utama dari tahap reconnaissance adalah untuk memahami infrastruktur target secara lebih mendalam sebelum melangkah ke tahapan selanjutnya dalam proses ethical hacking. Dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang target, ethical hacker dapat merencanakan serangan dengan lebih efektif dan mengidentifikasi celah keamanan yang mungkin ada dalam sistem tersebut.Dengan demikian, reconnaissance merupakan langkah krusial yang membantu ethical hacker mempersiapkan diri sebelum melakukan pengujian keamanan lebih lanjut terhadap target yang ditentukan.
- Pemeriksaan Port Terbuka: Ethical hacker menggunakan alat pemindaian untuk menemukan port-port yang terbuka di sistem target. Port-port yang terbuka dapat memberikan petunjuk tentang layanan atau aplikasi yang sedang berjalan, dan bisa menjadi titik awal untuk mengeksploitasi kerentanan.
- Pemeriksaan Layanan yang Berjalan: Setelah menemukan port-port terbuka, ethical hacker kemudian memeriksa layanan-layanan yang berjalan di port-port tersebut. Hal ini membantu dalam mengetahui jenis layanan yang disediakan oleh sistem target, dan apakah ada kerentanan yang terkait dengan layanan tersebut.
- Identifikasi Sistem Operasi: Selain itu, alat pemindaian juga digunakan untuk mengidentifikasi sistem operasi yang digunakan oleh sistem target. Informasi ini dapat memberikan wawasan tambahan kepada ethical hacker untuk merencanakan serangan yang tepat.
- Mencoba Menebak atau Memecahkan Password: Salah satu metode yang sering digunakan adalah mencoba menebak atau memecahkan password yang digunakan untuk mengakses sistem. Ethical hacker dapat menggunakan teknik brute force atau dictionary attack untuk mencoba kombinasi password yang mungkin digunakan oleh pengguna.
- Memanfaatkan Kerentanan yang Telah Diidentifikasi: Jika ethical hacker telah mengidentifikasi kerentanan tertentu dalam sistem target, mereka dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan akses. Ini bisa berupa kerentanan pada perangkat lunak, konfigurasi yang tidak aman, atau kelemahan dalam implementasi protokol jaringan.
- Berusaha Masuk Secara Tidak Sah: Dalam beberapa kasus, ethical hacker mungkin mencoba untuk masuk ke dalam jaringan atau sistem secara langsung tanpa izin. Hal ini dilakukan untuk menguji kekuatan pertahanan sistem dan melihat seberapa mudahnya untuk mengakses informasi sensitif atau sistem yang berharga.
Meskipun tindakan pada tahap ini dapat mirip dengan tindakan yang dilakukan oleh hacker jahat, sangat penting untuk diingat bahwa ethical hacker melakukan ini dengan izin dan tujuan yang sah. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi keamanan sistem dengan mengidentifikasi potensi kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang yang tidak bermoral. Segala tindakan yang diambil selama proses ini harus dilakukan dengan etika yang tinggi dan dalam kerangka kerja hukum yang berlaku.
- Pembuatan Akun atau Pintu Belakang: Ethical hacker mungkin menciptakan akun tambahan atau pintu belakang (backdoor) dalam sistem target. Ini memungkinkan mereka untuk kembali masuk ke dalam sistem dengan mudah tanpa perlu melakukan proses hacking yang kompleks lagi.
- Mengamankan Akses yang Telah Diperoleh: Setelah mendapatkan akses, ethical hacker harus memastikan bahwa akses tersebut aman dan tidak dapat diambil alih oleh pihak lain. Ini bisa dilakukan dengan mengamankan kembali kredensial atau metode akses yang digunakan.
- Memastikan Akses yang Berkelanjutan: Salah satu tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa ethical hacker memiliki akses yang berkelanjutan ke sistem target. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan analisis lebih lanjut, mengidentifikasi kerentanan tambahan, atau mengumpulkan bukti yang diperlukan.
Meskipun mempertahankan akses adalah bagian penting dari proses ethical hacking, ethical hacker harus selalu beroperasi dengan etika tinggi dan mematuhi aturan hukum yang berlaku. Mereka tidak boleh menggunakan akses yang diperoleh untuk tujuan yang tidak sah atau merusak. Selain itu, mereka harus selalu berhati-hati untuk tidak meninggalkan jejak yang dapat mengarah pada deteksi oleh administrator sistem.
Mempertahankan akses memungkinkan ethical hacker untuk menjelajahi lebih dalam ke dalam sistem target, mengidentifikasi lebih banyak kerentanan, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang infrastruktur IT yang dituju. Hal ini dapat membantu organisasi untuk meningkatkan keamanan sistem mereka dengan menutupi celah keamanan yang telah diidentifikasi.
- Menghapus Log Aktivitas: Ethical hacker akan menghapus atau mengedit log aktivitas yang tercatat dalam sistem target. Log aktivitas ini mencatat semua kegiatan yang terjadi dalam sistem, termasuk aktivitas yang dilakukan oleh ethical hacker selama proses hacking. Dengan menghapus log aktivitas, jejak dari kegiatan hacking dapat dihilangkan.
- Mengubah Catatan Log: Selain menghapus log aktivitas, ethical hacker juga dapat mencoba untuk mengubah catatan log agar tidak mencerminkan aktivitas hacking yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk mengaburkan jejak dan membuatnya sulit untuk dideteksi oleh administrator sistem.
- Menghapus File atau Jejak: Selama proses hacking, ethical hacker mungkin telah meninggalkan jejak berupa file atau informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi mereka. Pada tahap ini, mereka berusaha untuk menghapus semua jejak tersebut, termasuk file-file yang telah diunduh atau tool yang digunakan selama proses hacking.
- Menutup Pintu Belakang atau Backdoor: Jika ethical hacker telah membuat pintu belakang atau backdoor selama tahap sebelumnya, mereka juga akan menutup atau menghapusnya pada tahap ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah akses yang tidak sah ke sistem target di masa depan.
Tahap menghilangkan jejak dilakukan dengan tujuan untuk melindungi diri dan organisasi yang mengontrak ethical hacker dari konsekuensi negatif yang dapat timbul dari aktivitas hacking. Meskipun ini merupakan tahap terakhir dalam proses ethical hacking, etika tetap menjadi prioritas utama. Semua tindakan yang dilakukan haruslah sah dan tidak merugikan organisasi target.
Dengan menghilangkan jejak, ethical hacker dapat memastikan bahwa aktivitas hacking mereka tidak terdeteksi oleh sistem pemantauan keamanan. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap menjaga kerahasiaan dan integritas dari informasi yang ditemukan selama proses hacking, sambil memberikan rekomendasi yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan sistem.
Metode Hacking:
Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam hacking, baik oleh hacker jahat maupun ethical hacker. Berikut ini adalah beberapa metode umum yang digunakan:1. Social Engineering: Metode ini melibatkan memanipulasi orang melalui teknik-teknik psikologis untuk mendapatkan informasi rahasia atau akses ke sistem. Contoh-contoh social engineering termasuk phishing, pretexting, atau insiden serupa yang melibatkan interaksi manusia.
2. Pemindaian Jaringan (Network Scanning): Dalam metode ini, hacker mencari celah keamanan dalam jaringan dengan menggunakan alat-alat pemindaian yang memeriksa port terbuka, layanan yang berjalan, dan sistem operasi yang digunakan. Hal ini membantu hacker dalam mengidentifikasi kerentanan yang dapat dieksploitasi.
3. Serangan DDoS (Distributed Denial of Service): Serangan DDoS bertujuan untuk menutupi sumber daya sistem yang ada dengan membanjiri target dengan lalu lintas jaringan yang besar. Akibatnya, sistem menjadi tidak responsif atau tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah.
4. Injection Attacks: Jenis serangan ini melibatkan penyisipan kode berbahaya atau perintah ke dalam input yang diterima oleh aplikasi web atau basis data. Contoh umum termasuk serangan SQL injection dan serangan XSS (Cross-Site Scripting).
5. Pemecahan Kata Sandi (Password Cracking): Metode ini melibatkan usaha untuk menebak atau menguraikan kata sandi yang digunakan untuk melindungi sistem atau akun pengguna. Ini dapat melibatkan penggunaan kamus kata sandi, serangan brute force, atau teknik khusus lainnya.
6. Eksploitasi Kerentanan (Vulnerability Exploitation): Dalam metode ini, hacker mencari dan memanfaatkan kerentanan dalam sistem atau aplikasi yang tidak di-patch atau diperbarui dengan patch keamanan terbaru. Mereka dapat menggunakan exploit code untuk mendapatkan akses yang tidak sah atau mengambil kendali sistem.
Jenis Hacking:
Ada berbagai jenis hacking yang dapat dilakukan oleh pihak jahat atau ethical hacker, tergantung pada tujuan dan target yang diinginkan. Beberapa jenis hacking yang umum termasuk:
1. Hacking Jaringan (Network Hacking): Ini melibatkan penyerangan terhadap jaringan komputer atau infrastruktur jaringan untuk mendapatkan akses yang tidak sah, mencuri data, atau memblokir akses pengguna yang sah.
2. Hacking Aplikasi Web (Web Application Hacking): Hacking jenis ini fokus pada eksploitasi kelemahan dalam aplikasi web, seperti serangan SQL injection, serangan XSS, atau penyerangan terhadap manajemen sesi.
3. Hacking Sosial (Social Hacking): Metode ini melibatkan manipulasi manusia melalui teknik-teknik sosial seperti phishing, pretexting, atau rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi sensitif atau akses ke sistem.
4. Hacking Sumber Daya Manusia (Human Resource Hacking): Hacking jenis ini melibatkan eksploitasi kerentanan dalam kebijakan atau prosedur keamanan yang melibatkan staf atau karyawan dalam organisasi.
5. Hacking Wireless (Wireless Hacking): Hacking jenis ini berkaitan dengan eksploitasi kelemahan dalam jaringan nirkabel, seperti WiFi, untuk mencuri data atau mendapatkan akses yang tidak sah ke sistem.
6. Hacking Fisik (Physical Hacking): Ini melibatkan upaya untuk memperoleh akses fisik ke perangkat keras atau infrastruktur fisik yang digunakan dalam sistem, seperti mengambil alih server fisik atau mengakses data melalui perangkat penyimpanan yang hilang.
Berikut adalah beberapa jenis umum dari hacker:
1. White Hat Hacker: Juga dikenal sebagai ethical hacker, white hat hacker adalah individu yang melakukan hacking dengan izin dan tujuan yang baik. Mereka bekerja untuk meningkatkan keamanan sistem dengan mengidentifikasi kelemahan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
2. Black Hat Hacker: Black hat hacker adalah individu yang melakukan hacking dengan tujuan jahat atau kriminal. Mereka melakukan serangan untuk mencuri data, merusak sistem, mencuri informasi pribadi, atau menghasilkan keuntungan finansial secara ilegal.
3. Gray Hat Hacker: Gray hat hacker berada di antara white hat hacker dan black hat hacker. Mereka tidak memiliki izin formal untuk melakukan hacking, tetapi mereka cenderung melakukannya dengan tujuan yang baik. Mereka mungkin mengekspos kelemahan sistem tetapi tanpa izin, dengan harapan pemilik sistem akan memperbaikinya.
4. Script Kiddie: Script kiddie adalah individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan hacking yang terbatas. Mereka menggunakan alat dan skrip yang telah dikembangkan oleh orang lain untuk melakukan serangan, tanpa pemahaman mendalam tentang teknis hacking yang mendasarinya.
5. Hacktivist: Hacktivist adalah hacker yang menggunakan keterampilan hacking mereka untuk tujuan politik atau aktivisme sosial. Mereka melakukan serangan terhadap organisasi atau pemerintah yang mereka anggap tidak etis atau melanggar hak asasi manusia.
6. State-Sponsored Hacker: State-sponsored hacker adalah hacker yang bekerja untuk negara atau pemerintah tertentu. Mereka biasanya memiliki sumber daya dan kemampuan teknis yang tinggi, dan sering kali melakukan serangan terhadap negara lain untuk tujuan politik, ekonomi, atau militer.
7. Hacktivator: Hacktivator adalah individu yang menggunakan hacking dan teknik serangan untuk membantu masyarakat atau tujuan sosial tertentu. Mereka dapat melakukan serangan untuk mengungkap kebobrokan, melawan ketidakadilan, atau mendukung gerakan sosial tertentu.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan label ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan motif individu yang terlibat dalam kegiatan hacking.
- Certified Ethical Hacker (CEH)
- CompTIA Security+
- Certified Information Systems Security Professional (CISSP)
- Kerentanan perangkat lunak.
- Kesalahan konfigurasi sistem.
- Kelemahan dalam kontrol akses.
- Ketidaktahuan pengguna tentang keamanan.
- Mencegah eksploitasi oleh peretas jahat.
- Melindungi data sensitif dan informasi pribadi.
- Mengurangi risiko kerugian finansial dan reputasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar